Friday, October 16, 2015

TULISAN 1 - SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN

Fluktuasi Penguatan Dollar dan Rupiah

Beberapa bulan terakhir ini seluruh masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kurs rupiah yang semakin melemah. Penguatan mata uang dollar Amerika ini terasa begitu cepat karena hanya berjarak kurang lebih 2 bulan, nilai tukar rupiah terhadap dollar melesat hingga Rp 14.700,00. Hal ini tentu membuat para pelaku ekonomi terutama yang bergantung kepada impor mengalami penurunan omzet penjualan atau bahkan sampai terjadi PHK besar-besaran dikarenakan mereka mengurangi jumlah produksi dengan tujuan untuk menekan biaya produksi. Selain itu, daya beli konsumen pun ikut menurun dikarenakan harga yang melambung tinggi akibat pelemahan kurs IDR terhadap USD.

Namun pada bulan oktober ini perlahan rupiah kembali menguat. Seperti yang dilansir pada portal berita online detik.com Rupiah dan ringgit penguatannya paling tinggi dibanding emerging market lainnya. Hal tersebut mungkin karena kemarin investor melihat kalau rupiah terlalu lemah sehingga murah, jadi saat ada sinyal The Fed (Bank Sentral AS, Federal Reserve) tidak jadi naikkan suku bunga, mereka beli. Selain itu, para manager investasi banyak membeli aset dalam bentuk rupiah yang menyebabkan rupiah kini semakin menguat.

Berdasarkan hasil laporan dari The Fed, penguatan dollar membuat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melambat, dan sektor manufaktur negara tersebut jatuh. Penguatan dollar juga menekan sektor pariwisata di AS karena harga dollar yang tinggi, maka turis asing enggan ke AS.

Kabar tersebut di atas boleh jadi menjadi sebuah kabar baik bagi Indonesia karena penguatan rupiah, tetapi kita tetap tidak boleh terlena karena salah satu yang menjadi penyebab kenaikan atau penguatan kurs dollar adalah kita lebih banyak impor daripada ekspor. Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan ekspor agar kondisi ekonomi di negara kita lebih stabil. Selain itu, untuk mendukung hal tersebut harus diimbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni agar dapat mengolah SDA yang terkandung di negara Indonesia ini sehingga kita bisa ekspor yang berupa barang jadi (Finish Goods) bukan bahan mentah (Raw Material) yang mana seperti kondisi sekarang kita lebih banyak ekspor bahan mentah untuk kemudian diolah menjadi barang jadi kemudian barang jadi tersebut kita impor lagi. 

No comments:

Post a Comment